Senin, 03 Desember 2012

CEO EXCANGE


CEO EXCANGE JEFF IMMELT (GE), IRENE ROSENFELD (KRAFT)
Siska Rahmawati,SE
Based on lecture by Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, MSc

Di dalam kuliah Manajemen Pemasaran tanggal 27 Nopember 2012, kami   mahasiswa EK10 menyaksikan video yang menceritakan kesuksesan Jeff Immelt dan Irene Rosenfeld di mana mereka berdua adalah CEO dari 2 perusahaan besar di Amerika, yaitu General Electrics dan Krafts. Di dalam film tersebut, banyak kata-kata yang menarik yang diucapkan kedua CEO tersebut dan telah menginspirasikan saya.

JEFF IMMELT (CEO GE COMPANY)


Jeff Immelt adalah seorang CEO yang mau mendengarkan keluhan/masukan  para shareholder demi untuk kemajuan perusahaan. Dia juga bersifat transaparan kepada semua shareholder mengenai apa yang terjadi di dalam perusahaan.Dalam membangun GE Electric yang sempat terpuruk, Jeff melakukan terobosan startegi marketing dengan istilah Ecoimagination, yaitu startegi yang menerapkan inovasi baru dengan menggunakan teknologi ramah lingkungan.
Jeff Immelt menjadi wakil presiden GE pada tahun 1989, bertanggung jawab untuk layanan konsumen untuk GE Appliances. Ia kemudian menjadi wakil presiden pemasaran produk manajemen GE di seluruh dunia untuk Peralatan pada tahun 1991, wakil presiden dan general manager divisi GE Amerika Plastik komersial pada tahun 1992, dan wakil presiden dan general manager GE Plastik Amerika pada tahun 1993. Dia menjadi wakil presiden senior GE dan presiden dan CEO dari GE Medical Systems pada tahun 1996.
Untuk tantangan sebagai raksasa sebagai energi, inovasi harus beradaptasi dan kebijakan harus mendukung hal tersebut. Sejak saya mulai di GE pada tahun 1982, divisi perawatan kesehatan kita telah berkembang melalui kemajuan dalam teknologi. selama periode yang sama, teknologi energi hampir tidak berkembang, ini tidak ada hubungannya dengan kualitas insinyur kita, tapi itu memiliki segala sesuatu yang berkaitan dengan pasar di mana mereka melakukan bisnis.

Jeff Immelt : “untuk menjadi sukses harus mempunyai keberanian untuk mengambil keputusan”

IRENE ROSENFELD (CEO KRAFT)


Seorang Irene Rosenfeld adalah CEO yang sangat memperhatikan detail di dalam meningkatkan penjualan perusahaan KRAFT. Dia tidak segan-segan melakukan survey ke lapangan sehingga dapat mengetahui, bahwa konsumen itu membutuhkan waktu 19 detik untuk memilih suatu produk di sebuah etalase supermarket. Dia juga sangat concern terhadap divisi R&D Kraft agar produk Kraft selalu menjadi market leader di pasar produk susu olahan, keju, atau makanan siap saji. Keputusannya untuk kembali ke KRAFT setelah sempat pindah ke perusahaan lain merupakan tanggung  jawab moril dan keinginan dia untuk memberikan yang terbaik bagi KRAFT.

Irene Rosenfeld : “memahami keunggulan untuk inovasi produk yang memperhatikan keunggulan kompetitif” 


CHOCOLATE WARS


Chocolate Wars: Hershey’s vs Mars
Lecturer Prof Dr Ir Ujang Sumarwan, MSc
Kalimat yang paling berkesan:
1.        M&M mencair di mulut anda bukan di tangan anda
2.        Perlu ide brilian, ambisi yang tinggi, dan strategi pemasaran yang jitu untuk dapat menjadi market leader di industri coklat.



Hersey’s dan M&M merupakan perusahaan coklat terbesar di Amerika Serikat yang saling bergantian menjadi market leader dari zaman 1930 an hingga sekarang. Saat ini market leader dipegang oleh Hersey’s. Padahal kedua perusahaan ini mempunyai hubungan yang cukup erat di masa lalu, dimana M&M merupakan pembeli coklat terbesar Hersey’s.Namun seiring berjalannya waktu, mereka mulai bersaing untuk menjadi pemimpin pasar.
Dari perang coklat yang dilakukan oleh dua perusahaan coklat tersebut banyak pelajaran yang dapat diambil dalam kaitannya dengan Pemasaran, yaitu tentang konsep Consumers Trends.




Consumers Trends
            Untuk mengetahui trend konsumen perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi trend konsumen diantaranya yaitu kepuasan konsumen akan suatu produk. Kepuasan konsumen merupakan perasaan konsumen setelah mengkonsumsi suatu produk dalam kasus ini adalah produk coklat. Konsumen yang puas terhadap suatu produk akan mendorong konsumen untuk membeli ulang produk tersebut bahkan akan merekomendasikan produk tersebut kepada oarang lain.

        Dalam kasus perang coklat Hershey dan Mars (M&M), trend konsumen dapat diketahui dimana perusahaan coklat Hershey menguasai 75 % pasar coklat di Amerika yang berarti bahwa banyak konsumen yang merasa tertarik dengan produk coklat. Banyak faktor yang mempengaruhi kenaikan trend konsumen, dimana pada awalnya Hershey mengubah konsumsi permen pelanggan dari karamel ke coklat untuk meningkatkan penjualan terhadap produk perusahaan. Selain itu kemunculan televisi yang dapat dipergunakan sebagai media iklan, promosi film (ET) yang sejalan dengan karakter produk, pecahnya perang (PD II, Pearang Teluk) yang memunculkan tambahan permintaan serta munculnya pesaing (Godiva) yang justru memperbaiki image produk semakin memberikan gambaran akan peningkatan trend konsumen terhadap suatu produk atau coklat. 

       Dalam perkembangannya, ada beberapa faktor yang memicu turunya trend penjualan yaitu rasio pengeluaran iklan terhadap penjualan. Pada saat krisis Amerika, Hershey”s menarik iklannya karena biaya promosi yang semakin tinggi tidak sebanding dengan keuntungan penjualan yang menurun. Akibatnya, penjualan Harshey menurun 30 % sehingga harga permen menjadi semakin mahal dan muncul persepsi negatif konsumen terhadap coklat, yaitu akan menyebabkan kegemukan (obesitas) dan kerusakan gigi. Persepsi ini kemudian menyebabkan turunnya penjualan secara signifikan. Dengan kondisi ini baik Hershey maupun Mars berusaha menaikkan kembali citra produk mereka yang akan meningkatkan trend konsumen. Salah satu strategi yang dilakukan oleh Mars yaitu M&M”s menyasar target anak muda dengan membuat iklan animasi karakter-karakter rasa M&M’s dengan biaya yang rendah. Sedangkan target konsumen dewasa, M&M’s menggunakan bintang iklan pria yang menggunakan tagline “ M&M’s melt in your mouth,not in your hand. Coklat M&M’s menggunakan bahan pelapis yang mencegah coklat dalamnya mencair.

         Dengan ada pendatang baru pada bisnis coklat ini setelah perang yaitu perusahaan “Govinda” yang hadir dengan Varian coklat yang lebih banyak. Hal ini yang membuat persepsi baru di Pada masyarakat tentang coklat, bahwa coklat memiliki nilai yang lebih yaitu kemewahan. Persepsi ini  ini yang kemudian menyebabkan penjualan coklat naik secara perlahan. Perang coklat antar kedua perusahaan ini masih berlanjut sampai sekarang untuk menjadi market leader.